PATI – Beredar dan semakin menguat lagi di beranda Platform Media Sosial Facebook, efek berkepanjangan dari penolakan kenaikan pajak PBB P2 dan arogansi dari pemimpin daerah, ratusan santri yang tergabung dalam Aliansi Santri Pati untuk Demokrasi (ASPIRASI) akan menggelar aksi damai pada Rabu Pahing, 13 Agustus 2025, di depan Pendopo Kabupaten Pati.
Aksi ini merupakan bentuk penolakan terhadap kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 250 persen, penolakan arogansi pemimpin daerah, serta penolakan kebijakan lima hari sekolah.
Berdasarkan agenda yang dibagikan panitia, aksi akan dimulai dengan ziarah ke makam Ki Ageng Penjawi pada pukul 09.00–10.00 WIB. Setelah itu, para peserta akan melaksanakan istighosah di depan Pendopo Pati pada pukul 10.00–10.30 WIB. Kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan tahlil dan yasin yang dimaksudkan sebagai simbol “wafatnya keadilan dan demokrasi” pada pukul 10.30–11.00 WIB.
Pada pukul 11.00–12.00 WIB, akan digelar penampilan teatrikal dan pembacaan puisi yang menggambarkan keresahan masyarakat akibat kebijakan pemerintah daerah. Aksi kemudian akan berlanjut dengan orasi publik yang membahas kenaikan pajak dan sikap arogansi pemimpin daerah, yang dijadwalkan berlangsung mulai pukul 12.00 WIB hingga selesai.
Titik kumpul utama aksi berada di bawah videotron baru sebelah barat Pendopo Pati. Selain itu, telah ditentukan sejumlah titik kumpul regional seperti Alun-Alun Tayu, Pom Waturomo Margoyoso, Pom Bago Juwana, Pom Alugoro Pati, serta Pom Tanjang Kayen. Waktu keberangkatan peserta bervariasi antara pukul 07.00 hingga 09.00 WIB, tergantung wilayah masing-masing.
Panitia juga membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi melalui dukungan logistik. Bantuan yang dibutuhkan meliputi air mineral, kopi, makanan ringan, nasi bungkus, dan armada kendaraan. Donasi dapat disalurkan melalui koordinator lapangan (korlap) yang telah ditunjuk di masing-masing wilayah.
Aksi ini diharapkan berlangsung tertib, damai, dan tetap mengedepankan nilai-nilai demokrasi. ASPIRASI menegaskan bahwa gerakan ini lahir dari keresahan masyarakat Pati terhadap kebijakan pemerintah daerah yang dinilai memberatkan rakyat dan mengabaikan aspirasi warga.
(Cakramedia Indonesia)
Komentar
Posting Komentar