Langsung ke konten utama

Komunitas Peduli Kendeng Hijau Gelar Aksi “Mageri Gunung”, Upaya Nyata Menjaga Pegunungan Kendeng Pati


PATI – Bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni 2025, Komunitas Peduli Kendeng Hijau bersama sejumlah elemen masyarakat dan pegiat lingkungan menggelar kegiatan penghijauan bertajuk “Mageri Gunung” atau “Mageri Kendeng”. Kegiatan ini merupakan giat ke-28 komunitas yang berfokus pada pelestarian lingkungan, khususnya di wilayah Pegunungan Kendeng, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Kegiatan tersebut melibatkan berbagai pihak, di antaranya Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), Madrasah Aliyah Abadiyah, Putra Tani Pati, Kelompok Tani Hutan setempat, serta masyarakat sekitar. Aksi penanaman ratusan bibit pohon buah dilakukan secara gotong royong di lahan yang berada di bawah naungan Kelompok Tani Hutan Keben, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati.

Lokasi penanaman merupakan bagian dari wilayah yang termasuk dalam Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik PT. Sahabat Mulia Sakti (PT. SMS), anak perusahaan dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., yang sahamnya 100% dimiliki oleh Heidelberg Materials dari Jerman. Aksi ini sekaligus menjadi bentuk penolakan atas anggapan bahwa wilayah Pegunungan Kendeng merupakan daerah tandus.
Kegiatan “Mageri Gunung” ini muncul sebagai bentuk inisiatif masyarakat sipil dalam menjawab kondisi ekosistem Pegunungan Kendeng yang kian mengkhawatirkan. Meskipun Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, kerap melakukan kunjungan ke wilayah Kendeng dan melaksanakan program “Mageri Segoro” untuk mencegah abrasi pantai, perhatian serius terhadap kerusakan Pegunungan Kendeng dinilai masih minim.

Padahal, Kepala BNPB sebelumnya telah menginstruksikan perlunya reboisasi di kawasan Kendeng ketika melakukan kunjungan kerja di Kecamatan Kayen. Selain itu, hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Pegunungan Kendeng Utara yang dilaksanakan atas perintah Presiden Joko Widodo pada 2016–2018 telah menunjukkan bahwa kawasan ini berada dalam kondisi kritis dan perlu dilakukan moratorium izin tambang serta langkah reboisasi yang berkelanjutan.

Para relawan dan aktivis lingkungan berharap, upaya penghijauan ini tidak hanya menyelamatkan alam dari kerusakan, tetapi juga dapat memulihkan fungsi hutan sebagai penyangga ekosistem sekaligus meningkatkan taraf ekonomi masyarakat setempat melalui pemanfaatan hasil hutan non-kayu, seperti buah-buahan.

Eko Utomo selaku perwakilan dari Komunitas Peduli Kendeng Hijau menyampaikan harapannya agar langkah kecil yang dilakukan masyarakat dapat memberikan dampak besar bagi masa depan lingkungan. Menurutnya, aksi ini adalah wujud cinta terhadap negeri yang dilandasi semangat pelestarian lingkungan, kemandirian pangan, dan perlawanan terhadap eksploitasi alam.

Dengan semangat “Perlahan Tapi Pasti, Sedikit Tapi Berarti”, aksi “Mageri Gunung” menjadi bukti nyata bahwa masyarakat tidak tinggal diam dalam menghadapi ancaman kerusakan lingkungan. “Salam Kendeng Hijau, Ayo Nandur Ben Ora Gundul,” pungkas Eko Utomo, menyuarakan ajakan untuk terus menjaga kelestarian Pegunungan Kendeng.

/Tim.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polisi Selidiki Motif Kekerasan di Blora, Korban Alami Luka Serius

CAKRAMEDIA INDONESIA Blora, 18 Februari 2025 – Insiden dugaan kekerasan bersama-sama terjadi di Dusun Mlawu, Desa Biting, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, pada Jumat (14/2) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB. Akibat kejadian ini, seorang pria bernama Moch. Mahfud Saputra mengalami luka serius. Berdasarkan laporan kepolisian, peristiwa ini terjadi di rumah milik Sakri Bin Yadi. Korban, pria kelahiran Bojonegoro yang bekerja sebagai pegawai swasta, diduga menjadi sasaran kekerasan mendadak saat berada di lokasi. Kejadian ini baru dilaporkan kepada pihak berwenang sekitar pukul 02.30 WIB. Keterangan Saksi dan Bukti Digital Sejumlah saksi telah dimintai keterangan, termasuk Hanisa Putri Binti Sakri, Ibnu Ikhsan Setiawan Bin Sakri, serta Joko Prasetyo Bin Jayus yang identitas lengkapnya masih diverifikasi. Polisi juga menemukan bukti percakapan WhatsApp  yang menunjukkan adanya komunikasi antara korban dan seseorang yang diduga terkait dengan kejadian ini. Kaka...

7 Pelaku Pengeroyokan Biting Terancam 9 Tahun Penjara dan Bagaimana Pengakuan H Terhadap Korban

Cakramedia Indonesia Blora, 21 Februari 2025 | Tujuh orang tersangka pengeroyokan di Desa Biting, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, kini harus menghadapi ancaman hukuman sembilan tahun penjara. Insiden ini terjadi pada Jumat (14/2/2025) dan menimpa seorang pria berinisial M, warga Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Kasat Reskrim Polres Blora, AKP Selamet, dalam konferensi pers pada Jumat (21/2/2025), mengungkapkan kronologi kejadian tersebut. Menurutnya, insiden bermula dari kecurigaan warga terhadap korban yang sering berkunjung dan bermalam di rumah seorang perempuan berinisial H di Desa Biting. "Sekitar pukul 02.00 WIB, dua orang pelaku yang tengah berkeliling desa melihat sepeda motor yang tidak dikenal terparkir di sekitar lokasi. Saat mereka menelusuri area tersebut, mereka menemukan salah satu jendela rumah dalam keadaan terbuka," jelas AKP Selamet. Dua pelaku tersebut kemudian melaporkan temuannya kepada rekan-rekan mereka yang berada ...

Kondisi Terkini Korban Pengeroyokan Biting

Cakramedia Indonesia Blora, 20 Februari 2025 | Perkembangan Kondisi korban pengeroyokan yang terjadi di Dukuh Mlawu Desa Biting Kec. Sambong Kab. Blora (14/02) kemarin, sudah mulai membaik, yaitu dengan sudah dipindahkannya korban dari ruang ICU ke ruang perawatan pasien umum (19/02). "Alhamdullilah mas, kondisi sekarang sudah mulai membaik. Awalnya tadi sudah melek tapi merem lagi, karena belum begitu sadar. Tapi sekarang sudah dipindahkan ke ruang pasien Wijaya Kusuma 8, sudah tidak di ICU lagi", ucap M. Ardiansah selaku kakak korban. Selain hal tersebut, M. Ardiansah juga menyampaikan sekilas kronologi kejadian peristiwa tersebut, "Jadi sekitar jam 00.30 itu, setelah ngopi dari warung kopi, adik saya menuju kerumahnya hanisa setelah di WA sama Hanisa putri, langsung masuk kamar jam sekitar jam 01.30, lalu di seret keluar Adik Hanisa putri bilang maling dan Hanisa bilang gak kenal, terus terjadi pengroyokan brutal itu". "Sekarang kami sekeluarga m...