PATI, Jawa Tengah – Harga garam di Kabupaten Pati mengalami lonjakan tajam akhir-akhir ini seiring menurunnya hasil produksi garam rakyat akibat kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Para petambak garam pun merasa kenaikan harga belum sepenuhnya menguntungkan mereka.
Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Hadi Santoso, musim penghujan yang berlangsung berkepanjangan membuat proses produksi garam terganggu karena kurangnya paparan sinar matahari yang diperlukan untuk penguapan air laut. Akibatnya, stok garam di tingkat petani jauh berkurang dan memicu kenaikan harga.
Hadi menjelaskan bahwa harga garam di petambak kini mencapai sekitar Rp2.600 per kilogram, meningkat signifikan dibandingkan beberapa waktu lalu yang masih di kisaran Rp1.200 per kilogram. Peningkatan harga ini terjadi karena pasokan garam jadi lebih terbatas sementara permintaan tetap tinggi.
Lebih jauh dijelaskan bahwa produksi garam pada tahun 2025 ini hanya mencapai sekitar 93 ribu ton hingga akhir November, jauh di bawah produksi tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 300 ribu ton. Penurunan drastis tersebut disebabkan oleh kondisi musim kemarau yang basah dan kurangnya masa kering optimal untuk produksi garam.
Selain faktor cuaca, perubahan fungsi lahan di beberapa tambak di Pati turut menghambat produksi garam. Banyak lahan yang sebelumnya ditujukan untuk budidaya ikan kini dipakai secara bergantian, sehingga tidak sepenuhnya mendukung usaha garam rakyat.
Fenomena serupa juga dilaporkan di beberapa wilayah Pantura Jawa Tengah lainnya, di mana curah hujan tinggi membuat petani kesulitan mengolah garam dan menekan hasil produksi secara umum. (*)
Komentar
Posting Komentar